Indonesia masih menjadi penghasil kopi terbesar ketiga di
dunia setelah Brasil dan Vietnam. Hal ini dikarenakan peruntungan wilayah geografis
Indonesia terletak di zamrud khatulistiwa, dimana iklim tersebut cocok untuk
pertumbuhan dan produksi kopi. Sementara luas lahan perkebunan kopi Indonesia
mencapai 1,3 juta hektar, dengan luas lahan perkebunan kopi robusta mencapai 1
juta ha dan arabika 0,30 ha, Jumlah tersebut terdiri dari produksi kopi robusta
mencapai lebih dari 601 ribu ton (80,4%) dan produksi kopi arabika mencapai lebih
dari 147 ribu ton (19,6%), Sehingga produksi kopi tahun 2012 tercatat sebesar
748 ribu ton per tahun atau 6,6% dari produksi kopi dunia.
Industri kopi di Indonesia menjadi salah satu prioritas yang
harus terus dikembangkan inovasinya. Beberapa produk kopi andalan dalam negeri adalah
Gayo Coffee, Mandaling Coffee, Lampung Coffee, Java Coffee, Kintamani Coffee,
Toraja Coffee, Bajawa Coffee, Wamena Coffee, dan juga Luwak Coffee yang dari
segi rasa dan aroma khas sesuai dengan indikasi geografis yang menjadi
keunggulan Indonesia.
Tanaman Kopi
Gambar: cikopi.com
Pengembangan industri pengolahan kopi di dalam negeri
memiliki prospek yang sangat baik, mengingat konsumsi kopi masyarakat Indonesia
rata-rata baru mencapai 1,2 kg perkapita/tahun dibanding dengan negara-negara
pengimpor kopi.
Salah satu kopi termahal di Indonesia adalah kopi Luwak
Arabika Aceh Goyo. Kebun kopi arabika ini berada diketinggian lebih dari 1000
meter demikian juga dengan hamparan pohon kopi di kawasan Malabar (1400 meter).
Kopi Luwak ini terbilang paling unik diantara pembuatan kopi lainnya.
Pembuatannya 100% berasal dari fermentasi hewan luwak liar yang hidup bebas di
hutan. Luwak bebas memilih buah kopi yang benar-benar matang dengan sempurna tanpa
campur tangan atau paksaan dari manusia. Luwak tersebut memakan biji kopi dan kemudian
dimuntahkan kembali /keluar bersama kotoran Luwak. Namun kopi tersebut keluar masih
dalam keadaan utuh (biji kopi masih terbungkus kulit tanduk) bersama kotoran luwak.
Dari situlah kemudian kopi di cuci lalu di olah.
Luwak memakan Kopi.
Gambar: 1st-ecofriendlyplanet.com
Kopi yang telah di fermentasi dalam Luwak.
Gambar: 1st-ecofriendlyplanet.com
Kini penangkaran luwak sudah berjumlah lebih dari 500
ekor dan sebagian memang harus dikembalikan ke habitatnya di hutan sebagai pelestarian
hewan luwak agar tidak sampai punah dan kita (manusia) wajib memperlakukan
binatang nocturnal ini dengan penuh kasih sayang. Selain itu, Kewajiban kita
(Indonesia) dalam melestarikan kebun kopi Malabar dirasa sangatlah penting. Seperti
penanaman kebun kopi harus tetap dilestarikan terutama kebun kopi yang ada di
daerah Jawa, Toraja, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua dan Bali yang merupakan area penghasil kopi terbaik di Indonesia.
Gerakan Pemerintah Indonesia dalam pengembangan kemitraan
dengan petani kopi haruslah terjalin hubungan simbiosis dan harus selalu mendukung
para petani kopi serta mendidik tentang pengolahan kopi yang baik. Cara itulah yang paling efisien agar hasil manfaatnya juga dapat dirasakan oleh masyarakat petani desa hingga bisa bersama-sama
memajukan kopi, membawa standar kualitas tertinggi dalam industri kopi pada generasi
masa depan. Untuk merealisasikan perencanaan itu, bukan hanya peran pemerintah
pusat saja tapi juga dibutuhkan peran pemerintah daerah dan dorongan pada perubahan
gaya hidup masyarakat Indonesia, agar kinerja industri pengolahan kopi Indonesia
mengalami peningkatan yang signifikan.
Menurut Kepala Seksi Perdagangan Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi dan UKM Provinsi Aceh- Netty Muharni, kopi Aceh yang diekspor
via pelabuhan Belawan, Sumatera Utara harganya memang lebih mahal ketimbang
kopi dari Brazil. Produktivitas tanaman kopi di Indonesia baru mencapai 700 kg
biji kopi/ha/tahun untuk Robusta dan 800 Kg biji kopi/ha/Tahun untuk Arabika.
Sedangkan produktivitas negara tetangga seperti Vietnam telah mencapai lebih
dari 1.500 kg/ha/tahun.
Kebun Kopi Malabar Preanger Jawa Barat
Gambar: cikopi.com
Dari berbagai macam produksi kopi yang ada di Indonesia,
maka pantaslah kini Indonesia mencapai pencapaian urutan ke 3 sedunia setelah Negara
Brasil dan Vietnam. Komunitas ASEAN yang
akan dibentuk tahun 2015 berpengaruh positif terhadap produk kopi untuk masuk
ke pasar internasional. Melalui Komunitas ASEAN, akan ada kesempatan besar kopi
yang ada di daerah penghasil kopi seperti
Jawa, Toraja, Sumatera Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua, Bali, bahkan kopi
asal Temanggung bisa dijadikan branding, karena dari sisi kualitas juga tidak
kalah dengan negara-negara yang lain, sehingga kalau ada kerja sama yang baik melalui
komunitas social media ASEAN 2015 maka peningkatan ekonomi akan cukup terbuka.
Memasuki ASEAN 2015 diharapkan Indonesia fokus pada jalinan hubungan
kerja sama jangka panjang, sebagai mitra dengan komitmen, kejujuran dan keterbukaan,
dengan mengajak para pengusaha kopi di seluruh Tanah Air untuk berinovasi dan ber-eksplorasi
kembali dalam mengembangkan penelitian kopi
bersama Vietnam, kalau pun ada persaingan dengan Vietnam itu sudah 'lumrah', asalkan bersaing secara sehat, justru akan memacu semangat lagi untuk membawa posisi produksi kopi menjadi nomer satu di
dunia.
Bila perlu, bukan hanya memiliki kerjasama dengan ASEAN saja, tapi juga dengan negara-negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar Asia, seperti China dan India yang jumlahnya mencapai sepertiga penduduk di dunia.
Bila perlu, bukan hanya memiliki kerjasama dengan ASEAN saja, tapi juga dengan negara-negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar Asia, seperti China dan India yang jumlahnya mencapai sepertiga penduduk di dunia.
****
Tulisan ini di posting dalam rangka lomba blog #10daysforASEAN yang diselenggarakan oleh ASEAN Blogger.
Sumber:
No comments:
Post a Comment