.

Saturday, August 31, 2013

Investasi Diplomatik Laos

“Tak kenal maka tak sayang” Dari sepuluh negara ASEAN hanya Laos-lah yang tidak begitu ku kenal, maka tak ada salahnya saya sebagai warga Negara Indonesia, lebih mengenal lagi tentang negara Laos.

Keberadaan Negara Laos terhimpit ditengah-tengah Negara Asia Tenggara seperti Myanmar, Republik Rakyat Tiongkok, Vietnam, Kamboja dan Thailand hingga konon di dominasi oleh kerajaan kuno dari kerajaan Nanzhao dan muncullah Kerajaan Lan Xang pada abad ke 14. 

Gambar:wikipedia


Dalam sudut pandang geografi Laos beriklim tropis, namun letak wilayah negara terletak pada kawasan land-lock yang berarti tidak memiliki wilayah laut atau pantai. Kondisi ini dianggap kurang menguntungkan dari segi pertahanan dan keamanan, khususnya dari serangan atau invasi bangsa lain. Pada umumnya di negara berkembang, kota-kota besarlah yang paling dominan pada pertumbuhan ekonomi begitu juga dengan Laos. Pertumbuhan perekonomian secara signifikan ada di kota Vientiane, Luang Prabang, Pakxe dan Savannakhet. Pemerintah Laos mulai melepaskan diri dari negara komunis (1986), barulah pertumbuhan ekonomi bisa melejit hingga 6% pada periode 1988-2004.

Keterpurukannya memuncak ketika sebagian besar dari wilayahnya masih kekurangan infrastuktur. Laos masih belum memiliki jaringan rel kereta api, hingga kemudian dibangunlah rel yang menghubungkan Vientiane dengan Thailand yang dikenal dengan "Jembatan Perbatasan Thailand-Laos." Jaringan telekomunikasi internal dan eksternal juga masih terbatas hanya lewat jalur kabel, akan tetapi penggunaan telepon genggam/handphone telah menyebar luas di pusat perkotaan. Banyak pedesaan yang tidak tersedia listrik (waktu itu). Pertanian masih berpengaruh setengah dari PDB dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada. Namun, sejumlah masyarakat yang berpendidikan tinggi justru memilih pindah ke luar negeri guna mencari lapangan pekerjaan yang lebih baik. Maka dari itulah Laos semakin terpuruk, hingga pada akhir tahun 2004, mulailah terasa sedikit lega dikarenakan menjalin hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat.

Begitulah sekilas potret kehidupan di Negara Laos. Akan tetapi bukan berarti Negara Laos tidak mempunyai apa-apa, walaupun tidak memiliki wilayah perairan laut, namun Laos mempunyai lembah sungai yang subur. Hal itu dimanfaatkan dengan baik, sehingga banyak menghasilkan tanaman pertanian dan perkebunan, terutama padi, kopi, dan tembakau. Meski begitu Laos masih menerima bantuan dari IMF dan sumber Internasional serta dari investasi asing dalam bidang proses pengolahan pangan, pertambangan tembaga dan emas.

Posisi wilayah Laos mendominasi perbukitan dan pegunungan yang tertutup hutan lebat ini membuahkan hasil berupa pertanian (beras, tembakau, kopi), hasil hutan (kayu mentah, kayu olahan, dan berbagai jenis kerajinan), dan hasil tambang mineral (berupa timah, tembaga, emas dan perak), Namun meski demikian Laos tetap harus mengimpor berupa kendaraan bermotor, mesin-mesin dan besi baja.




gambar: wwwnc.cdc.gov


Periode kestabilan Laos dimulai tahun 1986 ketika Laos membuka diri bagi pembangunan ekonomi melalui “New Economic Mechanism”, hingga selanjutnya pada 23 Juli 1997 Laos resmi bergabung dengan ASEAN. Pada tahun 2003 Pemerintah Laos mencanangkan Governance Reform Programme bagi pelayanan publik, partisipasi publik, supremasi hukum dan manajemen keuangan nasional. Saat ini Laos bersama bantuan lembaga-lembaga donor Internasional, negara sahabat serta ASEAN, tengah berupaya untuk melepaskan diri dari status LDC, yang ditargetkan tercapai tahun 2020.

Kebanggaan Laos yang patut disyukuri adalah mempunyai bermacam-macam suku bangsa bersejarah, peninggalan nenek moyang yang berupa candi-candi dengan tradisi yang masih diterapkan masyarakatnya dari berbagai macam budayanya itu maka dapat mengangkat potensi Sosial Budaya. Republik Demokratik Rakyat Laos  diakui sebagai Tujuan Wisata Terbaik di Dunia  untuk tahun 2013 oleh Dewan Pariwisata dan Perdagangan Eropa (ECTT), pada Rabu (22/05/2013). Kunjungan wisatawan yang bergelombang naik sebesar 22% per tahun, dengan perkiraan dasar pada tahun lalu sebesar 3,3 juta orang. Saat ini, sektor pariwisata adalah sumber devisa kedua terbesar di Laos.

Kemantapan stabilitas nasional berdampak positif bagi peningkatan arus investasi asing yang masuk dan makin meningkatnya confidence Laos dalam menyelenggarakan even-even besar berskala internasional. Tidak hanya di ibukota Vientiane, Laos kini berani menyelenggarakan even Internasional di kota-kota lain, termasuk di bagian utara yang selama ini dianggap rawan gangguan keamanan / insurgency. Upaya pengentasan kemiskinan diharap dapat menunjukkan kemajuan sebelum terjadinya keresahan sosial akibat ketimpangan kemakmuran. Demikian halnya kedekatan geografis dan historis dengan Thailand menyebabkan dominasi kebudayaan Thailand khususnya pop culture dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Laos, terutama pada generasi muda. Saat ini Pemerintah Laos tengah gencar mengkampanyekan “kembali ke nilai-nilai luhur dan bahasa Laos”.



Pada ASEAN 2015 mendatang, investasi diplomatic terkait upaya penguatan postur regional, Laos berpijak pada visi land linked country dan battery of ASEAN, memanfaatkan peran vital sebagai pusat bagi pertumbuhan ekonomi di ASEAN. Komitmen kuat Laos pada ASEAN nampak melalui ratifikasi Piagam ASEAN pada 20 Februari 2008 lalu. Dalam konstelasi Greater Mekong Sub Region, Laos tetap memandang Vietnam sebagai political reference point meskipun saat ini RRT mulai menunjukkan pengaruh kuat sebagai developing partner.

Stabilitas nasional yang mantap belum diimbangi oleh kapabilitas angkatan bersenjata Laos, namun demikian Laos berperan aktif dalam mekanisme kerjasama keamanan perbatasan dan regional. Hal ini mengingat letak geografis strategis menempatkan Laos sebagai jalur lintas trans national crimes terutama penyelundupan narkoba dan perdagangan manusia.

No comments: