“ Bu, punya Jambu Darsono? Atau kalau ke pasar saya titip
belikan ya....” Kalimat yang terlontar dari seorang ibu muda sedang hamil 8 bulan
yang tengah mengidam. Begitu saya pergi
ke pasar, ternyata jambu itu tak ada. Kata pedagang buah di pasar, jambu
Darsono itu sangat mahal. Biasanya per kilo dijual Rp 30.000,-
Emmm....seperti apa sih jambu darsono? Saya yang tak pernah
tau penampakannya jadi semakin penasaran deh!
Beberapa hari kemudian, ketika saya sedang nyalon, sambil menunggu antrian giliran untuk creambath saya disuguhi jambu. “Silahkan mbak, dicicipin jambu darsono hasil dari panen di pekarangan saya”. Sapa pemilik salon itu padaku. Saya yang tadinya cuek sambil membaca majalah disitu langsung tersentak ketika mendengar nama ‘Jambu Darsono’. Dari namanya saja unik, seperti nama orang. Apakah sejarah pertama kali penemuan jambu tersebut ditemukan oleh seseorang yang bernama Darsono? Pikirku dalam hati. “aahh....ya sudahlah....” seraya mencicipi jambu darsono itu yang tengah berada di atas meja ruang tunggu salon. Eeemmm...., enak sekali jambu ini. Apalagi jambu ini diberikan secara cuma-cuma alias gratis hehehe....
Jambu Dersono atau biasa sering saya sebut jambu Darsono (beda
penulisan saja) ini menurut saya serupa dengan sejenis buah jambu air lainnya.
Yang tampak membedakannya adalah dari segi warna dan rasanya. Jambu Darsono ini
rasanya sangat manis dan sedikit masam sepet seperti ada rasa sensasinya tersendiri
setelah makan jambu itu. Rasanya bukan cuman enak di lidah saja, tapi
menjalar masuk sampai ke dalam lambung. Warna Jambu Darsono adalah magenta tua.
Semakin matang warnanya akan berubah menjadi merah tua. Namun saya kurang suka
kalau terlalu tua. Kalau di makan jadi agak lembek dan kirut, beda kalau masih ‘kemampo’(setengah
matang) kalau dimakan masih kriak-kriak dan tampak masih segar.
Jambu Darsono
Teringat teman saya yang beberapa hari lalu menanyakan Jambu
Darsono karena sedang menyidam, tak ragu lagi saya langsung memintakan jambu
ini untuk dia. Kenapa Jambu ini jarang sekali di jual di pasar dan harganya mahal? Ternyata menurut pemilik salon tadi juga yang mempunyai pohon Jambu Darsono
itu akan berbuah satu kali dalam setahun.
Saking jarangnya Jambu Darsono ini makin membuat harga jual di pasaran semakin melambung tinggi. Kini pohon Jambu Darsono
ini sangat langka, bahkan hampir punah membuat siapa saja yang memiliki pohon Jambu Darsono
ini disinyalir memiliki aura yang sangat kuat dan mendatangkan ‘hoki’.
Manfaat Jambu Darsono adalah Buah yang banyak mengandung
vitamin C dan A ini mempunyai antioksidan yang tinggi memiliki kegunaan untuk
menjaga kesehatan sel, meningkatkan penyerapan asupan zat besi dan memperbaiki
mutu sperma dengan cara mencegah radikal bebas yang merusak pembungkus sperma.
Disamping sebagai antioksidan, juga memiliki fungsi untuk menjaga dan
memelihara kesehatan pembuluh kapiler, kesehatan gigi dan gusi serta meningkatkan
fungsi sel darah putih (Sumber: guna khasiat)
Botani Jambu Dersono
Kingdom : Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi :
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus : Syzygium
Spesies : Syzygium malaccense
Konon, menurut kakek saya, memakan Jambu Darsono juga dipercaya
memperlancar proses kelahiran. Hal ini dikarenakan jambu ini mengandung elektrolit
yang bila di makan akan membantu menjaga tubuh tetap sehat juga mempunyai
fungsi sebagai antibody dan antivirus.
heemmm..., benar tidak ya kalau Jambu Darsono ini bisa memperlancar persalinan? Mitos atau fakta-nya tentu saja harus diuji kelayakannya terlebih dulu oleh pakar kesehatan. Selain itu memakan jambu darsono bisa
membuat wajah makin cantik. Tanaman bernama latin Eugenia malaccencis ini juga
menjadi simbol yang menggambarkan cinta kasih antara sesama manusia.
Nah, itulah ulasan yang menarik tentang jambu dersono,
selanjutnya kembali pada cerita tadi. Saya pun tak ketinggalan membawa oleh-oleh Jambu Dersono untuk dibawa pulang dari
hasil pemetikan di pohon Jambu Dersono empunya pemilik salon tadi. Sesampainya di
rumah, saya tak henti-hentinya memakan lagi jambu itu bersama orang-orang
tercinta. Dan seperti biasa, kelataan saya ketika memakan buah-buahan selalu
ku buang di sembarangan. Begitu juga dengan membuang biji Jambu Dersono tak
terelakkan juga.
Tak ayal, kebiasaanku membuang biji buah-buahan di sembarang tempat membuahkan hasil juga. Biji-biji tersebut tumbuh mungil dipinggir sela-sela tanaman bunga yang di tanam di ‘pot’. Kemudian saya pindahkan perlahan ke ‘pot’ lain agar tumbuh sendirian dengan leluasa tanpa berdesakan dengan tanaman lain. Saya yang tidak terlalu mengerti tentang pertanaman hanya merawat tanaman jambu Darsono itu ala kadarnya. Yang penting rajin di siram sehari 2x sama seperti tanamanku yang lainnya. Selain itu saya sering memberinya ‘air leri’ (air bekas cucian beras) yang disiramkan ke pohon tersebut sebagai pengganti pupuk alami. Saya jadikan tanaman darsono ini menjadi tanaman organic yang bebas dari bahan kimia sintetis.
Tak ayal, kebiasaanku membuang biji buah-buahan di sembarang tempat membuahkan hasil juga. Biji-biji tersebut tumbuh mungil dipinggir sela-sela tanaman bunga yang di tanam di ‘pot’. Kemudian saya pindahkan perlahan ke ‘pot’ lain agar tumbuh sendirian dengan leluasa tanpa berdesakan dengan tanaman lain. Saya yang tidak terlalu mengerti tentang pertanaman hanya merawat tanaman jambu Darsono itu ala kadarnya. Yang penting rajin di siram sehari 2x sama seperti tanamanku yang lainnya. Selain itu saya sering memberinya ‘air leri’ (air bekas cucian beras) yang disiramkan ke pohon tersebut sebagai pengganti pupuk alami. Saya jadikan tanaman darsono ini menjadi tanaman organic yang bebas dari bahan kimia sintetis.
No comments:
Post a Comment